BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masalah
Proses kelahiran merupakan pengalaman
yang sangat berharga bagi ibu dan bayi. Proses persalinan dapat dengan berbagai
cara yaitu persalinan normal, anjuran, tindakan dan pembedahan. Infeksi pada
bayi baru lahir merupakan salah satu penyebab kematian bayi terutama di negara berkembang.
Kematian akibat infeksi tali pusat yang menyebabkan tetanus neonatorum juga
masih ditemukan di berbagai negara. World Health Organization (WHO) melaporkan
bahwa sekitar 500.000 bayi baru lahir meninggal setiap tahunnya karena infeksi
bakteri. Hal ini disebabkan karena praktik pemotongan tali pusat yang tidak
steril.
Pemotongan tali pusat biasanya
tergantung pada penerapan manajemen kala III aktif di setiap seting pelayanan.
Pemotongan tali pusat yang lebih cepat dilakukan (kombinasi pemberian
oksitosin, pemotongan tali pusat yang cepat, dan traksi tali pusat) banyak
dilakukan di berbagai negara akibat kebijakan penerapan MAK III aktif tersebut
karena dapat menurunkan kejadian perdarahan. Namun demikian WHO juga melaporkan
bahwa asuhan yang fisiologis yakni tidak memberikan oksitosin, Peregangan Tali
Pusat Terkendali (PTT) juga tidak menambah risiko terjadinya perdarahan.
Praktik penundaan penjepitan atau pemotongan tali pusat terbukti dapat
memproteksi bayi dari anemia defisiensi besi.
Bukti penelitian lain melaporkan bahwa
penundaan penjepitan tali pusat dapat mengurangi risiko pemberian transfusi
pada bayi akibat anemia. Menunda penjepitan tali pusat pada bayi cukup bulan
dapat memberikan tambahan 30 persen darah ekstra dan hingga 60 persen lebih
banyak sel darah merah. Studi lain juga melaporkan bahwa penundaan penjepitan
tali pusat dapat menurunkan risiko terjadinya retensio placenta.
Dari fakta yang dipaparkan di atas dapat
disimpulkan bahwa penundaan pemotongan tali pusat perlu diadopsi dalam praktik
kebidanan. Lotus birth merupakan salah satu metode yang dapat memungkinkan
penundaan pemotongan tali pusat dilakukan meskipun masih kontroversi. Persalinan
lotus adalah persalinan normal tetapi tidak memotong tali pusat, jadi tali
pusat dan plasenta masih terhubung dengan bayi sampai mengering dan lepas
dengan sendirinya. Maka pada setiap kelahiran, tenaga kesehatan harus
memikirkan tentang faktor-faktor kehamilan atau persalinan yang dapat
menyebabkan gangguan pada jam-jam pertama kehidupan diluar rahim seperti partus
lama, trauma lahir, infeksi, keluar mekunium, penggunaan obat-obatan.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
tersebut, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.
Apa pengertian dari Lotus Birth?
2.
Bagaimana sejarah dari Lotus Birth?
3.
Bagaimana perlakuan terhadap plasenta di
berbagai budaya ?
4.
Apa alasan pasangan suami istri memilih
persalinan dengan Lotus Birth?
5.
Apa manfaat dari Lotus Birth?
6.
Bagaimana langkah-langkah tindakan Lotus
Birth?
1.3.
Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar
belakang dan rumusan masalah tersebut, penulis merumuskan tujuan penulisan
sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui pengertian dari Lotus
Birth.
2.
Untuk mengetahui sejarah dari Lotus
Birth.
3.
Untuk mengetahui perlakuan terhadap
plasenta di berbagai budaya.
4.
Untuk mengetahui alasan pasangan suami
istri memilih persalinan dengan Lotus Birth.
5.
Untuk mengetahui manfaat dari Lotus
Birth.
6.
Untuk mengetahui langkah-langkah
tindakan Lotus Birth.
1.4.
Manfaat Penulisan
1.
Agar dapat mengetahui pengertian dari
Lotus Birth.
2.
Agar dapat mengetahui sejarah dari Lotus
Birth.
3.
Agar dapat mengetahui perlakuan terhadap
plasenta di berbagai budaya.
4.
Agar dapat mengetahui alasan pasangan
suami istri memilih persalinan dengan Lotus Birth.
5.
Agar dapat mengetahui manfaat dari Lotus
Birth.
6.
Agar dapat mengetahui langkah-langkah
tindakan Lotus Birth.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1. DEFINISI LOTUS BIRTH
|
Lotus Birth jarang dilakukan di rumah sakit tetapi umumnya
dilakukan di klinik dan rumah bersalin, sehingga proses bonding attachment
antara ibu dan bayi dapat dilakukan, hal ini tentunya bermanfaat bagi ibu dan
bayi yang baru lahir .
Sementara penolong persalinan segera
melakukan penilaian Apgar dan hal lain yang diperlukan oleh bayi seperti
suction atau rangsang taktil, sedangkan prosedur yang lebih lanjut ditunda
terlebih dahulu sampai satu jam setelah melahirkan. Tali pusat bayi dipegang
dengan tangan ibu, atau dipegang oleh ayah atau asisten penolong persalinan
selama penjahitan ibu.
Karena adanya praktek budaya yang
berbeda maka proses pengawetan plasenta dilakukan dalam berbagai cara yang
berbeda. Beberapa orang lebih memilih untuk menyimpan plasenta sehingga dapat
menguburkannya dengan anak di akhir kehidupan anak tersebut. Sedangkan yang
lainnya membiarkan plasenta sampai mengerut dan mengering secara alami dan
kemudian dikuburkan. Salah satu contohnya adalah Orang-orang Igbo di Nigeria,
mereka menguburkan plasenta setelah lahir dan sering menanam pohon diatas
kuburan plasenta tersebut.
Pada Lotus Birth, kelebihan cairan yang
dikeluarkan plasenta disimpan dalam mangkuk atau waskom terbuka atau dibungkus
kain, lalu didekatkan dengan bayi. Kain yang digunakan untuk menutupi plasenta
atau wadah yang digunakan harus memungkinkan terjadinya pertukaran udara,
sehingga plasenta mendapatkan udara dan mulai mongering.
Garam laut sering digunakan untuk
mempercepat proses pengeringan plasenta. Kadang-kadang minyak esensial, seperti
lavender, atau bubuk tumbuh-tumbuhan seperti goldenseal, neem, bersama dengan
lavender juga digunakan untuk tambahan antibacterial. Apabila tindakan pengeringan
plasenta tidak diterapkan dengan baik plasenta akan memiliki bau yang berbeda,
bau tersebut dapat diatasi dengan penanaman plasenta secara langsung atau
didinginkan setelah minggu pertama pasca persalinan. Manajemen aktif Kala Tiga
persalinan merupakan praktek dan pelatihan medis umum yang digunakan untuk
mempercepat kelahiran plasenta. Tahap-tahap manajemen aktif kala tiga tersebut
adalah : pemberian oksitosin, pengkleman tali pusat segera, memotong tali
pusat, peregangan tali pusat terkendali, masase fundus.
2.2. SEJARAH LOTUS BIRTH
Amerika merupakan negara perintis Lotus
Birth, hal tersebut tercantum dalam catatan tertulis. Didalamnya disebutkan
bahwa Lotus Birth sebagai langkah pencegahan untuk melindungi bayi dari infeksi
luka yang terbuka.
Meskipun merupakan suatu fenomena
alternatif yang baru, penundaan pemotongan tali pusat , sudah ada dalam budaya
Bali dan budaya orang Aborigin. Oleh karena itu, keputusan untuk dilakukannya
Lotus Birth serta dampak fisiologis yang dapat terjadi karena Lotus Birth
merupakan tanggungjawab dari klien yang telah memilih dan membaut keputusan
tentang tindakan tersebut.
Praktek Modern dari Lotus Birth
menunjukkan bahwa mamalia yang mempunyai 99% bahan genetik hampir sama dengan
manusia, yaitu simpanse pun membiarkan plasenta utuh, tidak merusak atau
memotongnya. Hal tersebut dikenal dengan fakta primatologists. Lotus Birth,
saat ini merupakan informed choice yang dilakukan minoritas dari homebirth dan
hospital birth hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian Sarah Buckley,
MD dan Int'l Bidan Robin Lim. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Lotus
Birth kita dapat melanjutkan pendidikan berlisensi sertifikasi bidan dan
perawat bidan atau juranl penelitian seperti dalam majalah kebidanan dan
Midwifery Today and Mothering. Sampai sekarang belum ada penelitian lebih
lanjut mengenai adanya kehilangan berat badan bayi dan penyakit kuning karena
tindakan Lotus Birth. Referensi mengenai Lotus Birth ini terdapat dalam ajaran
Budha, Hindu, serta Kristen dan Yahudi.
2.3. PERLAKUAN TERHADAP PLASENTA DI
BERBAGAI BUDAYA
Praktik untuk tetap mempertahankan
placenta agar tetap berada dekat bayi dilakukan karena alasan kepercayaan dan
keyakinan dari berbagai kepercayaan dan kebudayaan. Budaya yang sebenarnya
sudah mempraktikan Lotus Birth sebelum booming di Amerika antara
lain : India, Cina, Mesir, Indonesia (Bali) dan suku Aborigin di Australia dan
beberapa Negara lainnya. Keyakinan yang mendasari penghormatan terhadap
placenta adalah:
2.3.1. Perlakuan terhadap plasenta di luar
negeri.
(a) Hawai : Plasenta adalah bagian dari
bayi yang harus ditanam di dekat pohon yang bertumbuh seiring dengan
pertumbuhan bayi
(b) Suku Navajo Indian Barat Daya
menguburkan plasenta bayi di keempat sudut kuburan keluarga yang dianggap
mulia, sebagai suatu pengikat tanah leluhur dan masyarakat.
(c) Suku Maori di Selandia Baru
menguburkan plasenta di tanah yang masih belum tercemar.
(d) Suku pedalaman Bolivian Aymara dan
Queche meyakini bahwa plasenta memiliki spirit tersendiri. Karenanya seorang
suami atau ayah dari bayi harus memperlakukan plasenta tersebut dengan mencuci
dan menguburkannya pada tempat yang terlindung dan tersembunyi. Jika ritual
tersebut tidak dilakukan secara benar, keyakinan mereka adalah ibu atau bayi
akan menjadi sakit atau bahkan bisa mati.
(e) Suku Ibo di Negiria dan Ghana
memperlakukan placenta sebagai kembaran dari bayi yang hidup, sementara
placenta tersebut adalah kembaran sudah meninggal terlebih dahulu.
(f) Nepal : Plasenta adalah teman bayi
sehingga harus selalu dekat dengan bayi sampai terlepas dengan sendirinya,
tandanya bayi sudah siap
(g) Malaysia : Plasenta sebagai saudara
tua/sibling bayi sehingga perlu dihormati
(h) Di Filipina placenta dikuburkan
dengan berbagai macam buku oleh ibunya. Ini suatu pengharapan bahwa kelak
bayinya akan tumbuh menjadi anak yang pintar.
Di Vietnam dan China placenta disiapkan untuk dikonsumsi oleh ibu yang
habis melahirkan. Masyarakat China dan Vietnam meyakini bahwa ibu yang baru
melahirkan seharusnya merebus sendiri placenta bayinya, kemudian dijadikan
kaldu dan meminumnya untuk memperbaiki kualitas ASI nya.
2.3.2. Perlakuan masyarakat Bali (beragama Hindu)
terhadap plasenta
(a) Setelah dibersihkan dimasukkan ke
dalam kelapa yang telah di belah, sebagai lambang dunia dan isinya.
(b)
|
(c) Di bungkus kain putih dan di tanam
di depan rumah, dengan ketentuan sebelah kanan untuk laki-laki, sedangkan
sebelah kiri untuk perempuan.
(d) Selama 42 hari selalu di pasang
lilin (malam hari), setiap hari plasenta tersebut diberikan susu juga.
2.3.3.
Perlakuan masyarakat Jawa terhadap ari-ari
(a)
Setelah
ari-ari dibersihkan dimasukkan ke dalam kendi.
(b)
Di
dalam kendi disertakan tulisan jawa / Abjad agar diharapkan kelak bayi tersebut
pintar.
(c)
Diberikan
anget-anget dan duri sehingga pandangannya tajam.
(d)
Selanjutnya
di tanam di depan rumah untuk bayi laki-laki selama 42 hari, dan di belakang
rumah selama 36 hari untuk bayi perempuan.
(e)
Sebagian
ada yang membuangnya ke sungai, sehingga bayi ini kelak akan dianggap suka
merantau.
2.3.4.
Perlakuan masyarakat Nusa Tenggara Timur terhadap
plasenta
(a)
Ditaruh
sekitar 3 bulan di atas perapian sampai kering.
(b)
Ada
juga dengan mencuci plasenta hingga bersih
(c)
Selanjutnya
di tanam di sertai doa benda lain sesuai dengan harapan orang tua seperti alat
tulis supaya pintar, alat jahit bagi bayi perempuan supaya trampil dan lain
sebagainya.
2.4. ALASAN PASANGAN SUAMI ISTRI MEMILIH
PERSALINAN LOTUS BIRTH
Setiap ibu memiliki alasan sendiri.
Berikut ini adalah beberapa alasan ibu untuk memilih Lotus Birth:
2.4.1. Tidak
ada keinginan ibu untuk memisahkan plasenta dari bayi dengan cara memotong tali
pusat
2.4.2. Supaya
proses transisi bayi terjadi secara lembut dan damai, yang memungkinkan
penolong persalinan untuk memotong tali pusat pada waktu yang tepat.
2.4.3. Merupakan
suatu penghormatan terhadap bayi dan plasenta
2.4.4. 100%
menjamin bahwa bayi mendapatkan volume darah optimal dan spesifik yang
diperlukan bagi bayi.
2.4.5. Mendorong
ibu untuk menenangkan diri pada minggu pertama postpartum sebagai masa
pemulihan sehingga bayi mendapat perhatian penuh.
2.4.6. Mengurangi
kematian bayi karena pengunjung yang ingin bertemu bayi. Sebagian besar
pengunjung akan lebih memilih untuk menunggu hingga plasenta telah lepas.
2.4.7. Alasan
rohani atau emosional.
2.4.8. Tradisi
budaya yang harus dilakukan.
2.4.9. Tidak
khawatir tentang bagaimana mengklem, memotong atau mengikat tali pusat
2.4.10. Kemungkinan
menurunkan risiko infeksi (Lotus Birth memastikan sistem tertutup antara
plasenta, tali pusat, dan bayi sehingga tidak ada luka terbuka)
2.4.11. Kemungkinan
menurunkan waktu penyembuhan luka pada perut (adanya luka membutuhkan waktu
untuk penyembuhan.sedangkan jika tidak ada luka, waktu penyembuhan akan
minimal)
2.4.12. Hanya
karena tali pusat telah berhenti berdenyut tidak berarti tali pusat menjadi
tidak berguna lagi. Ada yang masih mengalir ke dalam darah bayi. Setelah
mencapai volume darah optimal pada bayi, sisa dari jaringan akan menutup secara
aktif. Penutupan semua jaringan TIDAK terjadi ketika tali pusat tampak berhenti
berdenyut. Tali pusat dapat terus berdenyut sekitar 2 hingga 3 jam.
2.5. MANFAAT LOTUS BIRTH
2.5.1. Tali
pusat dibiarkan terus berdenyut sehingga memungkinkan terjadinya perpanjangan
aliran darah ibu ke janin.
2.5.2. Oksigen vital yang melalui tali pusat dapat
sampai ke bayi sebelum bayi benar-benar dapat mulai bernafas sendiri.
2.5.3. Lotus
Birth juga memungkinkan bayi cepat untuk menangis segera setelah lahir.
2.5.4. Bayi
tetap berada dekat ibu setelah kelahiran sehingga memungkinkan terjadinya waktu
yang lebih lama untuk bounding attachment.
2.5.5. Dr
Sarah Buckley mengatakan :"bayi akan menerima tambahan 50-100ml darah yang
dikenal sebagai transfusi placenta. Darah transfuse ini mengandung zat besi, sel darah merah, keeping darah dan bahan gizi lain, yang
akan bermanfaat bagi bayi sampai tahun pertama."
2.1.1. Hilangnya 30 mL darah ke bayi baru lahir adalah setara dengan hilangnya
600 mL darah untuk orang dewasa. Asuhan persalinan umum dengan pemotongan tali
pusat sebelum berhenti berdenyut memungkinkan bayi baru lahir kehilangan 60 mL
darah, yang setara dengan 1200mL darah orang dewasa.
Waktu penyembuhan pusar apabila dilakukan
pemtongan tali pusat dengan tidak dapat terlihat dalam table sebagai berikut :
No.
|
Waktu Tali
pusat terpotong
|
Waktu penyembuhan
pusar yang diperlukan
|
1.
|
Segera
|
9,56 hari
|
2.
|
Ketika berhenti berdenyut
|
7,16 hari
|
3.
|
Nanti
|
3,75 hari
|
2.2. LANGKAH-LANGKAH TINDAKAN LOTUS
BIRTH
Beberapa
hal yang dilakukan dalam Lotus Birth diantaranya :
2.2.1.
Bila bayi lahir, biarkan tali pusat
utuh. Jika tali pusat berada sekitar leher bayi, cukup angkat tali tersebut.
2.2.2.
Tunggu lahirnya plasenta secara alami.
2.2.3.
Ketika plasenta lahir, tempatkan pada
mangkuk di dekat ibu..
2.2.4.
Tunggu transfusi penuh darah dari pusat
ke bayi sebelum menangani plasenta.
2.2.5.
Hati-hati dalam mencuci plasenta yaitu
dengan menggunakan air hangat dan tepuk-tepuk sampai kering.
2.2.6.
Tempatkan plasenta di tempat yang kering
2.2.7.
Letakkan plasenta pada bahan yang
menyerap seperti sebuah popok atau kain kemudian letakkan dalam tas plasenta..
The covering is changed daily or more often if seepage occurs. Permukaan
plasenta akan berubah setiap hari bahkan lebih cepat jika sering terjadi
rembesan. Alternatif lain untuk mempercepat pengeringan plasenta yaitu dengan
menaburkan garam pada bagian plasenta.
2.2.8.
Gendong bayi dan beri makan sesuai
kebutuhannya.
2.2.9.
Pakaikan bayi menggunakan pakaian yang
longgar.
2.2.10. Bayi dapat dimandikan seperti biasa, biarkan plasenta bersamanya.
2.2.11. Meminimalisir pergerakan bayi.
BAB III
PENUTUP
3.1. SIMPULAN
Lotus Birth adalah suatu
metode asuhan pada bayi baru lahir dimana tali pusat bayi tidak dipotong.
Setelah bayi lahir, tali pusat yang melekat pada bayi dan plasenta dibiarkan
saja, tanpa dijepit atau dipotong. Tali pusat dan plasenta merupakan satu unit
dan satu kesatuan. Tali pusat kemudian akan kering sendiri dan akhirnya lepas
secara alami dari umbilicus. Pelepasan tersebut umumnya terjadi 3-10 hari
setelah bayi lahir.
Negara perintis Lotus birth
untuk pertama kalinya adalah Amerika. Lotus birth dilakukan sebagai langkah
pencegahan untuk melindungi bayi dari infeksi luka yang terbuka. Meskipun Lotus
birth ini merupakan suatu fenomena yang baru, tapi penundaan pemotongan tali
pusat sudah ada dalam budaya Bali dan budaya suku Aborigin Australia. Dan
keputusan Lotus birth serta dampak fisiologis yang dapat terjadi merupakan
tanggung jawab dari klien yang telah memilih dan membuat keputusan untuk asuhan
lotus birth ini (informed choncen).
Sedangkan di Negara
Indonesia sendiri asuhan bayi dengan lotus birth belum dapat di aplikasikan,
selain terkait dengan pro dan kontra penerapannya juga terkendala dengan
kelemahan-kelemahan pelaksanaan lotus birth sendiri.
3.2. SARAN
Melalui
makalah ini penulis menyarankan kepada pembaca untuk mengaplikasikan apa yang
telah dibahas didalam makalah ini yang mungkin dapat mendorong untuk berbuat
sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai perubahan perilaku yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar