BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR
BELAKANG MASALAH
Komunikasi
adalah suatu aspek kehidupan manusia yang paling mendasar, penting dan
kompleks. Kehidupan sehari-hari kita sangat dipengaruhi oleh komunikasi kita
sendiri dengan orang lain, bahkan oleh pesan yang berasal dari orang yang kita
tidak tahu. Dalam proses komunikasi, terdapat lima elemen dasar diantaranya
adalah sumber atau komunikator, pesan, saluran, penerima dan efek atau dampak. Berhasil
atau tidaknya suatu komunikasi tergantung dari elemen dasar tersebut. Bagaimana
komunikator bisa mempengaruhi komunikannya, sehingga bisa bertindak sesuai apa
yang diharapkan oleh komunikator, bahkan bisa merubah sikap dan perilaku
komunikan.
Dalam
ilmu komunikasi, kita mengenal adanya komunikasi persuasif yaitu komunikasi
yang bersifat mempengaruhi audience atau komunikannya. Dalam kehidupan
sehari-hari komunikasi seperti ini sering kita jumpai, salah satunya adalah
dalam promosi kesehatan. Dalam makalah ini, penulis akan memaparkan secara
lebih lengkap mengenai definisi dari komunikasi persuasif, teori-teori
komunikasi persuasif, landasan konsep komunikasi persuasif, prinsip-prinsip
komunikasi persuasif serta komunikasi persuasif dalam promosi kesehatan.
1.2.
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan
latar belakang tersebut, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
1. Apa
definisi dari komunikasi persuasive?
2. Apa
saja teori komunikasi persuasive?
3. Apakah
yang menjadi landasan dalam komunikasi persuasive?
4. Apa
saja yang menjadi prinsip dalam komunikasi persuasive?
5. Bagaimana
komunikasi persuasive dalam promosi kesehatan?
1.3.
TUJUAN
PENULISAN
Berdasarkan latar
belakang dan rumusan masalah tersebut, penulis merumuskan tujuan penulisan
sebagai berikut.
1. Untuk
mengetahui definisi komunikasi persuasive.
2. Untuk
mengetahui teori komunikasi persuasive.
3. Untuk
mengetahui landasan dalam komunikasi persuasive.
4. Untuk
mengetahui prinsip dalam komunikasi persuasive.
5. Untuk
mengetahui komunikasi persuasive dalam promosi kesehatan.
1.4.
MANFAAT
PENULISAN
Adapun manfaat
dari penulisan makalah ini adalah sebagai referensi tambahan dalam menunjang
pembelajaran.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
DEFINISI
KOMUNIKASI PERSUASIF
Istilah
persuasif diambil dari istilah bahasa Inggris “persuation” yang juga berasal dari
bahasa latin “persuasio” persuasi mengandung bujukan, merayu, meyakinkan dan
lain sebagainya. Secara umum persuasif dapat diartikan sebagai suatu usaha
untuk mengubah sikap melalui penggunaan pesan, berfokus terutama pada
karakteristik komunikator dan pendengar. Sehingga komunikasi persuasif lebih
jelasnya meupakan komunikasi yang berusaha untuk mengubah sikap receiver
melalui penggunaan pesan yang dilakukan sender.
Adapun
pengertian komunikasi persuasif menurut para ahli, diantaranya.
1. Kenneth
E. Anderson (1972:218),
menyatakan bahwa persuasif adalah proses komunikasi antar
individu dimana komunikator mengunakan simbol-simbol untuk mempengaruhi pikiran
si penerima sebagai dengan sendirinya, komunikator dapat merubah tingkah laku
dan perbuatan audienns.
2. Menurut
Erwin P. Betinghaus
dalam bukunya “persuasif communication 1973 : 10” menjelaskan bahwa
mempengaruhi pemikiran dan perbuatan seseorang, hubungan aktivitas antara
pembicara dan pendengar dimana pembicara berusaha mempengaruhi tingkah laku
pendengar melalui perantara pendengaran dan penglihatan.
3. Dalam buku Komunikasi Antarmanusia,
De Vito menjelaskan komunikasi persuasif sebagai komunikasi yang mengetengahkan
pembicaraan yang sifatnya memperkuat, memberikan ilustrasi dan menyodorkan
informasi kepada khalayak. Akan tetapi tujuan pokoknya adalah menguatkan atau
mengubah sikap dan perilaku, sehingga penggunaan fakta, pendapat dan himbauan
motivasional harus bersifat memperkuat tujuan persuasifnya. Dari penjelasan
tersebut, De Vito mengemukakan terdapat
dua macam tujuan atau tindakan yang ingin dicapai dalam melakukan komunikasi persuasif.
Tujuan tersebut dapat berupa untuk mengubah sikap atau perilaku receiver atau
untuk memotivasi perilaku receiver. Agar dapat mengubah sikap dan perilaku,
seorang persuader harus mempertimbangkan factor-faktor berikut:
a) Kejelasan tujuan
Tujuan
komunikasi persuasif adalah untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku.
Apabila bertujuan untuk mengubah sikap maka berkaitan dengan aspek afektif,
mengubah pendapat maka berkaitan dengan aspek kognitif, sedangkan mengubah
perilaku maka berkaitan dengan aspek motorik.
b) Memikirkan secara cermat orang yang
dihadapi
Sasaran
persuasif memiliki keragaman yang cukup kompleks. Keragaman tersebut dapat
dilihat dari karakteristik demografis, jenis kelamin, level pekerjaan, suku
bangsa, hingga gaya hidup. Sehingga, sebelum melakukan komunikasi persuasif
sebaiknya persuader mempelajari dan menelusuri aspek-aspek keragaman sasaran persuasif
terlebih dahulu.
c) Memilih strategi komunikasi yang
tepat
Strategi
komunikasi persuasif merupakan perpaduan antara perencanaan komunikasi persuasif
dengan manajemen komunikasi. Hal yang perlu diperhatikan seperti siapa saja
sasaran persuasif, tempat dan waktu pelaksanaan komunikasi persuasif, apa yang
harus disampaikan, hingga mengapa harus disampaikan.
2.2.
TEORI-TEORI
KOMUNIKASI PERSUASIF
2.2.1.
The Bullet Theory atau Teori Peluru
Merupakan konsepsi
pertama yang muncul, berkenaan dengan efek komunikasi persuasif. Ia disebut
pula dengan hypodermic-needle theory atau teori jarum hipodermik. Kadang-kadang
disebut pula transmission belt theory atau teori lajur transmisi. Dalam teori
ini dibahas mengenai pengaruh pesan yang disalurkan melalui media massa dan
mengatakan bahwa media massa itu ampuh untuk mengubah perilaku massa.
2.2.2.
The
Limited-Effects Model
Menurut model pengaruh terbatas,
komunikasi massa hanya mempunyai pengaruh yang kecil saja terhadap khalayaknya.
Hal ini dibuktikan melalui penelitian Hovland terhadap tentara. Hasil
penelitian tersebut menunujukkan bahwa efek film hanya dapat menstramisikan
informasi, ketimbang mengubah sikap khalayak, demikian pula penelitian
Azarsfeld tentang pemilihan umum, menunjukkan bahwa kampanye melalui TV hanya
sedikit mempengaruhi khalayak sasaran.
2.2.3.
Cultivation
Theory
Gebner dan
kawan-kawannya mengembangkan teori ini dengan mengemukakan argumennya bahwa
televise telah menjadi tangan central kebudayaan di AS ia mengemukakan TV telah
menjadi bagian dari anggota keluarga yang terpenting yang selalu mengisi
sebagian besar waktu yang ada.
2.2.4.
The
Effects of Synthetic Experience
Teori ini berawal dari
hasil penilitian Funkhouser dan Shaw, 1990. Mereka mengatakan bahwa gambar
bergerak, televisi dan computer dapat membentuk persepsi khalayak tentang realitas
yaitu dapat memanipulasi dan merencanakan kembali, tidak hanya isi, tetapi juga
proses dari pengalaman berkomunikasi. Kesimpulannya adalah bahwa media
elektronik menampilkan jenis pengalaman tiruan tersebut apakah dalam hal warna,
tentang hal-hal yang menyimpang dan lainnya telah menurunkan martabat manusia
dalam hal cara memandang terhadap kebudayaan (Severin dan Tankard, 1992)
2.2.5.
The
Spiral of Silence
Dikembangkan oleh
Elizabeth Noelle Neuman mereka berargumen bahwa media massa mempunyai efek yang
kuat dalam opini public karena merupakan sumber bagi seseorang dalam memperoleh
informasi. Spiral kebisuan yang ditimbulkan media massa dapat terjadi melalui
hal-hal seperti audience yang membentuk pesan opini itu.
2.2.6.
Media
Hegemony
Menurut teori ini
ide-ide dari golongan yang berkuasa dalam suatu masyarakat merupakan ide-ide
yang berlaku dalam masyarakat itu sendiri. Menurut teori ini media massa
merupakan alat pengontrol oleh golongan yang dominan dalam suatu masyarakat dan
dipandang sebagai pembantu dalam menggunakan control dari golongan tersebut
pada seluruh masyakat. (Sallach, 1974)
2.2.7.
Effects
of Teleision Violence
Kajian dan penelitian
tentang efek kekerasan yang ditimbulkan oleh TV berangkat oleh teori belajar
social yang dikemukakan oleh Bandura. Teori belajar social beragumen bahwa
orang cenderung untuk meniru perilaku yang diamatinya, stimuli menjadi teladan
untuk perilaku (Rahmad, 1968)
2.2.8.
The
Powerful Effects Model
Dikemukakan oleh
Elizabeth Noelle Neuman, 1973. Teori ini memperkuat teori sebelumnya, spiral of
silence. Teori ini berpendapat bahwa media massa dapat mempengaruhi perilaku
khalayak.
2.3.
LANDASAN
KONSEP KOMUNIKASI PERSUASIF
Ketika
melakukan persuasi, perhatian kita dapat terpusat pada upaya mengubah atau
memperkuat sikap atau kepercayaan sasaran persuasi, atau pada upaya mengajak
mereka untuk bertindak dengan cara tertentu. Dari penjelasan tersebut, terdapat
tiga konsep yang perlu kita uraikan,yaitu:
1.
Sikap
Sikap
adalah suatu kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu. Melalui
komunikasi persuasif, seorang receiver (penerima pesan) dapat berubah sikap
karena paparan informasi dari sender (pengirim pesan). Menurut Martin Fishbein,
sikap adalah suatu kecenderungan untuk memberi reaksi yang menyenangkan, tidak
menyenangkan, atau netral terhadap suatu objek atau sebuah kumpulan objek.
Sasaran perubahan sikap tersebut meliputi aspek dasar sikap manusia yaitu aspek
afektif (kesukaan atau perasaan terhadap suatu objek), kognitif (keyakinan
terhadap sebuah objek), dan motorik / perilaku (tindakan terhadap objek) dengan
uraian sebagai berikut:
a)
Sasaran aspek kognitif dalam
komunikasi persuasif
Dalam proses ini, pesan yang berkaitan dengan objek sikap
disampaikan kepada individu, agar ia bersedia menyetujui ide-ide yang termuat
dalam pesan tersebut. Proses kognitif berjalan saat proses persuasif terjadi,
sampai akhirnya individu memutuskan setuju atau tidak setuju terhadap objek
sikap. Seperti yang diterangkan Muzafer Sherif dalam Social Judgement Theory
ketika seseorang menerima pesan. Ia akan dihadapkan pada tiga pilihan zona
sikap. Zona penerimaan, penolakan, dan netral. Lalu, bagaimana seseorang itu
akan menyesuaikan diri dengan pesan tersebut berdasarkan seberapa besar / dalam
kepentingannya terhadap pesan tersebut. Menurut Sherif, persuasi terdiri dari
dua proses. Proses pertama terjadi ketika seseorang menerima/mendengar pesan
kemudian mengevaluasinya (apakah pesan itu penting untuknya). Kemudian proses
yang kedua terjadi ketika seseorang itu menyesuaikan sikapnya
(menajuh/mendekati) pesan. Mengevaluasi tersebut adalah proses kognitif
seseorang ketika menerima pesan.
b)
Sasaran aspek afektif dalam
komunikasi persuasif
Pada bagian ini proses afektif atau emosi yang akan
dijadikan pokok bahasan. Ketika pesan persuasi disampaikan, pesan tersebut akan
menyentuh dan mempengaruhi aspek emosi individu yang dijadikan sasaran
persuasi. Berkaitan dengan respon seseorang terhadap pesan, Pavlov dalam
prinsip classical atau respondent conditioning mengemukakan bahwa seseorang
akan bersikap positif terhadap objek yang sering disajikan bersamaan dengan
stimulus positif, begitupun sebaliknya, seseorang akan bersikap negative
terhadap objek yang disajikan bersamaan dengan stimulus negatif. Prinsip
tersebut berkaitan dengan proses afektif seseorang ketika menerima pesan.
c)
Sasaran aspek motorik/perilaku dalam
komunikasi persuasif
Proses motorik seseorang ketika menerima pesan dapat
diterangkan berdasarkan cognitive dissonance theory. Dalam teori ini, Leon
Festinger mengatakan bahwa:
The tension of dissonance motivates
us to change either our behavioral or our belief in an effort to avoid that
distressing feeling. The more important of the issue is to us and the greater
the discrepancy is between our behavior and our belief, the higher is the
magnitude of dissonance we willfeel.
(Tensi
disonansi memotivasi kita untuk berubah, baik perilaku kita atau keyakinan
kita, dalam upaya untuk menghindari perasaan tertekan. Semakin penting isu
(pesan) untuk kita dan semakin besar perbedaan di antara perilaku dan keyakinan
kita, maka semakin tinggi besarnya disonansi yang akan kita rasakan.)
Menurut
teori ini, perubahan sikap dapat terjadi karena adanya cognitive dissonance.
Ketika seseorang mendapat pesan baru dan telah dikuasai (dilakukan) nya,
terjadi proses ketidakselarasan antara perilaku dengan keyakinan dan respon
afektif yang sifatnya pribadi. Atau dengan kata lain perubahan sikap dapat
terjadi karena adanya keinginan seseorang untuk menghilangkan keadaan
ketidakcocokan/ketidaknyamanan.
2. Kepercayaan
Kepercayaan adalah rasa yakin akan adanya sesuatu atau akan kebenaran sesuatu. Kepercayaan timbul akibat dari percampuran observasi pengalaman, bukti dari pihak kedua, juga motivasi yang kompleks. Martin Fishbein mengatakan bahwa kepercayaan adalah: hipotesis bahwa suatu objek itu ada dan bahwa hubungan yang terjadi diantara objek dengan pertimbangan objek-objek yang lainnya. Sehingga menurut definisi tersebut, terdapat dua kepercayaan yaitu kepercayaan kepada objek dan kepercayaan tentang objek. Kepercayaan kepada objek seperti Fulan sedang mengalami cedera. Kepercayaan tentang objek seperti cedera yang dialami Fulan tidak akan berlangsung lama.
Kepercayaan adalah rasa yakin akan adanya sesuatu atau akan kebenaran sesuatu. Kepercayaan timbul akibat dari percampuran observasi pengalaman, bukti dari pihak kedua, juga motivasi yang kompleks. Martin Fishbein mengatakan bahwa kepercayaan adalah: hipotesis bahwa suatu objek itu ada dan bahwa hubungan yang terjadi diantara objek dengan pertimbangan objek-objek yang lainnya. Sehingga menurut definisi tersebut, terdapat dua kepercayaan yaitu kepercayaan kepada objek dan kepercayaan tentang objek. Kepercayaan kepada objek seperti Fulan sedang mengalami cedera. Kepercayaan tentang objek seperti cedera yang dialami Fulan tidak akan berlangsung lama.
3. Perilaku
Perilaku dalam persuasi mengacu pada tindakan yang jelas atau dapat diamati. Seperti orang yang membuang sampah pada tempatnya, membeli motor, berolahraga, membersihkan pekarangan; semua contoh tersebut merupakan perilaku, karena tindakan – tindakan tersebut dapat diamati.
Perilaku merupakan tindakan dari sikap kita terhadap sesuatu. Seperti perilaku membuang sampah pada tempatnya merupakan salah satu tindakan yang terlihat dari orang yang memiliki sikap sadar akan kebersihan. Baron dan Byrne mengatakan bahwa:
Perilaku dalam persuasi mengacu pada tindakan yang jelas atau dapat diamati. Seperti orang yang membuang sampah pada tempatnya, membeli motor, berolahraga, membersihkan pekarangan; semua contoh tersebut merupakan perilaku, karena tindakan – tindakan tersebut dapat diamati.
Perilaku merupakan tindakan dari sikap kita terhadap sesuatu. Seperti perilaku membuang sampah pada tempatnya merupakan salah satu tindakan yang terlihat dari orang yang memiliki sikap sadar akan kebersihan. Baron dan Byrne mengatakan bahwa:
Tampaknya
sikap mempengaruhi tingkah laku melalui dua mekanisme yang berbeda. Ketika kita
dapat memberikan pemikiran yang mendalam terhadap sikap kita, intensi yang
berasal dari sikap kita dapat memprediksikan dengan kuat tingkah laku kita.
Sementara dalam situasi dimana kita tidak dapat melakukan pertimbangan
tersebut, sikap mempengaruhi tingkah laku dengan membentuk persepsi kita
terhadap situasi tersebut.
2.4.
PRINSIP-PRINSIP
KOMUNIKASI PERSUASIF
Ada
empat prinsip utama yang dapat dimanfaatkan dalam komunikasi persuasif. Prinsip
tersebut dapat digunakan sebagai landasan untuk keberhasilan mengubah sikap,
kepercayaan, dan mengajak sasaran persuasi untuk berbuat sesuatu. DeVito
menerangkan prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Prinsip
Pemaparan Selektif
Prinsip ini menerangkan
bahwa: (a) pendengar akan secara aktif mencari informasi yang mendukung opini,
nilai, keputusan, perilaku, dan motivasi mereka (b) pendengar akan secara aktif
menghindari informasi yang bertentangan dengan opini, nilai, keputusan,
perilaku, dan motivasi mereka. Ketika proses meyakinkan sasaran persuasi akan
dilangsungkan, maka pemaparan selektif akan terjadi. Pemaparan tersebut terjadi
secara induktif, artinya objek persuasi disimpan terlebih dahulu setelah
menyampaikan bukti dan argumen, kemudian kaitkan bukti dan argumen tersebut
pada pesan atau tujuan persuasi.
2.
Prinsip
Partisipasi Khalayak
Khalayak yang
dimaksudkan disini adalah sasaran persuasi. Komunikasi persuasif akan lebih
efektif apabila khalayak turut berpartisipasi dalam proses komunikasi. Persuasi
bersifat transaksional dimana pembicara dan pendengar saling terlibat. Persuasi
dapat dikatakan berhasil apabila khalayak berpartisipasi secara aktif.
3.
Prinsip
Inokulasi
Prinsip ini berbicara
tentang menghadapi sasaran persuasi yang terinokulasi sasaran yang telah
mengetahui posisi persuader dan telah menyiapkan senajata berupa argumen untuk
menentangnya (persuader). Sehingga seorang persuader perlu persiapan seperti
beberapa argumen dalam komunikasi yang akan dilakukan. Proses persuasi
dilakukan perlahan, tidak mengandung penyerangan secara total namun secara
sedikit demi sedikit.
4.
Prinsip
Besaran Perubahan
Prinsip ini mengatakan
bahwa semakin besar dan semakin penting perubahan yang diinginkan persuader,
maka semakin besar tantangan dan tugas untuk mencapai tujuan persuasi.
Sehingga, persuasi diarahkan untuk melakukan perubahan kecil atau sedikit demi
sedikit terlebih dahulu dan diperlukan untuk periode yang cukup lama.
2.5.
KOMUNIKASI
PERSUASIF DALAM PROMOSI KESEHATAN
Promosi
kesehatan adalah ilmu dan seni yang membantu masyarakat menjadikan gaya hidup
mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai keseimbangan
kesehatan fisik, emosi, social, spiritual, dan intelektual. Ini bukan sekedar
pengubahan gaya hidup saja, namun berkaitan dengan pengubahan lingkungan yang
diharapkan dapat lebih mendukung dalam membuat keputusan yang sehat.
Salah satu
program promosi kesehatan adalah dengan pengembangan media promosi kesehatan
dan teknologi komunikasi, nformasi dan edukasi. Dalam promosi kesehatan
informasi merupakan hal yang utama, karena informasi merupakan salah satu
sumber utama dari pengetahuan yang menjadi salah satu strategi dalam mengubah
perilaku seseorang. Dalam strategi
merubah perilaku melalui point persuasi, informasi dapat diperoleh melalui
media iklan, e-mail, melalui pembicaraan seperti seminar dan diskusi serta
melalui selebaran seperti poster dan pamphlet. Melalui media komunikasi
prersuasif tersebut masyarakat dapat mengetahui ancaman berupa penyakit yang
dapat ditimbulkan apabila tidak melaksanakan perilaku hidup sehat.
BAB III
PENUTUP
3.1. SIMPULAN
Komunikasi
persuasive merupakan bentuk komunikasi yang mempengaruhi komunikannya sehingga
bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh komunikannya bahkan dapat
merubah sikap dari komunikannya. Namun, pesan yang akan disampaikan komunikator
harus menjadi hal besar yang perlu diperhatikan karena akan merubah sikap dan
perilaku komunikannya. Pesan-pesan persuasive yang efektif haruslah dirancang
sedemikian rupa antara lain dengan focus penerima, sehingga pesan dapat sesuai
dengan tujuan.
Komunikasi
persuasive sangat penting dalam promosi kesehatan karena karena informasi
merupakan salah satu sumber utama dari pengetahuan yang menjadi salah satu
strategi dalam mengubah perilaku seseorang.
Dalam strategi merubah perilaku melalui point persuasi, informasi dapat
diperoleh melalui media iklan, e-mail, melalui pembicaraan seperti seminar dan
diskusi serta melalui selebaran seperti poster dan pamphlet. Melalui media
komunikasi prersuasif tersebut masyarakat dapat mengetahui ancaman berupa penyakit
yang dapat ditimbulkan apabila tidak melaksanakan perilaku hidup sehat.
3.2. SARAN
Melalui makalah
ini penulis menyarankan agar sebaiknya terus dilakukan peningkatan promosi
kesehatan, memperluas jaringan promosi kesehatan terutama di daerah-daerah terpencil dan rakyat miskin
dan peningkatan sarana prasarana oleh pemerintah dan instansi terkait demi
mewujudkan masyarakat yang sehat optimal.
DAFTAR PUSTAKA
library.binus.ac.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar