Blogger templates

Pages

Sabtu, 07 Mei 2016

TEORI KOMUNIKASI PERSUASIF


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.      LATAR BELAKANG MASALAH
Komunikasi adalah suatu aspek kehidupan manusia yang paling mendasar, penting dan kompleks. Kehidupan sehari-hari kita sangat dipengaruhi oleh komunikasi kita sendiri dengan orang lain, bahkan oleh pesan yang berasal dari orang yang kita tidak tahu. Dalam proses komunikasi, terdapat lima elemen dasar diantaranya adalah sumber atau komunikator, pesan, saluran, penerima dan efek atau dampak. Berhasil atau tidaknya suatu komunikasi tergantung dari elemen dasar tersebut. Bagaimana komunikator bisa mempengaruhi komunikannya, sehingga bisa bertindak sesuai apa yang diharapkan oleh komunikator, bahkan bisa merubah sikap dan perilaku komunikan.
Dalam ilmu komunikasi, kita mengenal adanya komunikasi persuasif yaitu komunikasi yang bersifat mempengaruhi audience atau komunikannya. Dalam kehidupan sehari-hari komunikasi seperti ini sering kita jumpai, salah satunya adalah dalam promosi kesehatan. Dalam makalah ini, penulis akan memaparkan secara lebih lengkap mengenai definisi dari komunikasi persuasif, teori-teori komunikasi persuasif, landasan konsep komunikasi persuasif, prinsip-prinsip komunikasi persuasif serta komunikasi persuasif dalam promosi kesehatan.

1.2.      RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
1.      Apa definisi dari komunikasi persuasive?
2.      Apa saja teori komunikasi persuasive?
3.      Apakah yang menjadi landasan dalam komunikasi persuasive?
4.      Apa saja yang menjadi prinsip dalam komunikasi persuasive?
5.      Bagaimana komunikasi persuasive dalam promosi kesehatan?

1.3.      TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, penulis merumuskan tujuan penulisan sebagai berikut.
1.      Untuk mengetahui definisi komunikasi persuasive.
2.      Untuk mengetahui teori komunikasi persuasive.
3.      Untuk mengetahui landasan dalam komunikasi persuasive.
4.      Untuk mengetahui prinsip dalam komunikasi persuasive.
5.      Untuk mengetahui komunikasi persuasive dalam promosi kesehatan.

1.4.      MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai referensi tambahan dalam menunjang pembelajaran.











BAB II
PEMBAHASAN

2.1.      DEFINISI KOMUNIKASI PERSUASIF
Istilah persuasif diambil dari istilah bahasa Inggris “persuation” yang juga berasal dari bahasa latin “persuasio” persuasi mengandung bujukan, merayu, meyakinkan dan lain sebagainya. Secara umum persuasif dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mengubah sikap melalui penggunaan pesan, berfokus terutama pada karakteristik komunikator dan pendengar. Sehingga komunikasi persuasif lebih jelasnya meupakan komunikasi yang berusaha untuk mengubah sikap receiver melalui penggunaan pesan yang dilakukan sender.
Adapun pengertian komunikasi persuasif menurut para ahli, diantaranya.
1.      Kenneth E. Anderson (1972:218), menyatakan bahwa persuasif adalah proses komunikasi antar individu dimana komunikator mengunakan simbol-simbol untuk mempengaruhi pikiran si penerima sebagai dengan sendirinya, komunikator dapat merubah tingkah laku dan perbuatan audienns.
2.      Menurut Erwin P. Betinghaus dalam bukunya “persuasif communication 1973 : 10” menjelaskan bahwa mempengaruhi pemikiran dan perbuatan seseorang, hubungan aktivitas antara pembicara dan pendengar dimana pembicara berusaha mempengaruhi tingkah laku pendengar melalui perantara pendengaran dan penglihatan.
3.      Dalam buku Komunikasi Antarmanusia, De Vito menjelaskan komunikasi persuasif sebagai komunikasi yang mengetengahkan pembicaraan yang sifatnya memperkuat, memberikan ilustrasi dan menyodorkan informasi kepada khalayak. Akan tetapi tujuan pokoknya adalah menguatkan atau mengubah sikap dan perilaku, sehingga penggunaan fakta, pendapat dan himbauan motivasional harus bersifat memperkuat tujuan persuasifnya. Dari penjelasan tersebut, De Vito  mengemukakan terdapat dua macam tujuan atau tindakan yang ingin dicapai dalam melakukan komunikasi persuasif. Tujuan tersebut dapat berupa untuk mengubah sikap atau perilaku receiver atau untuk memotivasi perilaku receiver. Agar dapat mengubah sikap dan perilaku, seorang persuader harus mempertimbangkan factor-faktor berikut:
a)      Kejelasan tujuan
Tujuan komunikasi persuasif adalah untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku. Apabila bertujuan untuk mengubah sikap maka berkaitan dengan aspek afektif, mengubah pendapat maka berkaitan dengan aspek kognitif, sedangkan mengubah perilaku maka berkaitan dengan aspek motorik.
b)      Memikirkan secara cermat orang yang dihadapi
Sasaran persuasif memiliki keragaman yang cukup kompleks. Keragaman tersebut dapat dilihat dari karakteristik demografis, jenis kelamin, level pekerjaan, suku bangsa, hingga gaya hidup. Sehingga, sebelum melakukan komunikasi persuasif sebaiknya persuader mempelajari dan menelusuri aspek-aspek keragaman sasaran persuasif terlebih dahulu.
c)      Memilih strategi komunikasi yang tepat
Strategi komunikasi persuasif merupakan perpaduan antara perencanaan komunikasi persuasif dengan manajemen komunikasi. Hal yang perlu diperhatikan seperti siapa saja sasaran persuasif, tempat dan waktu pelaksanaan komunikasi persuasif, apa yang harus disampaikan, hingga mengapa harus disampaikan.

2.2.      TEORI-TEORI KOMUNIKASI PERSUASIF
2.2.1.      The  Bullet Theory atau Teori Peluru
Merupakan konsepsi pertama yang muncul, berkenaan dengan efek komunikasi persuasif. Ia disebut pula dengan hypodermic-needle theory atau teori jarum hipodermik. Kadang-kadang disebut pula transmission belt theory atau teori lajur transmisi. Dalam teori ini dibahas mengenai pengaruh pesan yang disalurkan melalui media massa dan mengatakan bahwa media massa itu ampuh untuk mengubah perilaku massa.
2.2.2.      The Limited-Effects Model
Menurut model pengaruh terbatas, komunikasi massa hanya mempunyai pengaruh yang kecil saja terhadap khalayaknya. Hal ini dibuktikan melalui penelitian Hovland terhadap tentara. Hasil penelitian tersebut menunujukkan bahwa efek film hanya dapat menstramisikan informasi, ketimbang mengubah sikap khalayak, demikian pula penelitian Azarsfeld tentang pemilihan umum, menunjukkan bahwa kampanye melalui TV hanya sedikit mempengaruhi khalayak sasaran.
2.2.3.      Cultivation Theory
Gebner dan kawan-kawannya mengembangkan teori ini dengan mengemukakan argumennya bahwa televise telah menjadi tangan central kebudayaan di AS ia mengemukakan TV telah menjadi bagian dari anggota keluarga yang terpenting yang selalu mengisi sebagian besar waktu yang ada.
2.2.4.      The Effects of Synthetic Experience
Teori ini berawal dari hasil penilitian Funkhouser dan Shaw, 1990. Mereka mengatakan bahwa gambar bergerak, televisi dan computer dapat membentuk persepsi khalayak tentang realitas yaitu dapat memanipulasi dan merencanakan kembali, tidak hanya isi, tetapi juga proses dari pengalaman berkomunikasi. Kesimpulannya adalah bahwa media elektronik menampilkan jenis pengalaman tiruan tersebut apakah dalam hal warna, tentang hal-hal yang menyimpang dan lainnya telah menurunkan martabat manusia dalam hal cara memandang terhadap kebudayaan (Severin dan Tankard, 1992)
2.2.5.      The Spiral of Silence
Dikembangkan oleh Elizabeth Noelle Neuman mereka berargumen bahwa media massa mempunyai efek yang kuat dalam opini public karena merupakan sumber bagi seseorang dalam memperoleh informasi. Spiral kebisuan yang ditimbulkan media massa dapat terjadi melalui hal-hal seperti audience yang membentuk pesan opini itu.
2.2.6.      Media Hegemony
Menurut teori ini ide-ide dari golongan yang berkuasa dalam suatu masyarakat merupakan ide-ide yang berlaku dalam masyarakat itu sendiri. Menurut teori ini media massa merupakan alat pengontrol oleh golongan yang dominan dalam suatu masyarakat dan dipandang sebagai pembantu dalam menggunakan control dari golongan tersebut pada seluruh masyakat. (Sallach, 1974)
2.2.7.      Effects of Teleision Violence
Kajian dan penelitian tentang efek kekerasan yang ditimbulkan oleh TV berangkat oleh teori belajar social yang dikemukakan oleh Bandura. Teori belajar social beragumen bahwa orang cenderung untuk meniru perilaku yang diamatinya, stimuli menjadi teladan untuk perilaku (Rahmad, 1968)
2.2.8.      The Powerful Effects Model
Dikemukakan oleh Elizabeth Noelle Neuman, 1973. Teori ini memperkuat teori sebelumnya, spiral of silence. Teori ini berpendapat bahwa media massa dapat mempengaruhi perilaku khalayak.

2.3.      LANDASAN KONSEP KOMUNIKASI PERSUASIF
Ketika melakukan persuasi, perhatian kita dapat terpusat pada upaya mengubah atau memperkuat sikap atau kepercayaan sasaran persuasi, atau pada upaya mengajak mereka untuk bertindak dengan cara tertentu. Dari penjelasan tersebut, terdapat tiga konsep yang perlu kita uraikan,yaitu:
1.      Sikap
Sikap adalah suatu kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu. Melalui komunikasi persuasif, seorang receiver (penerima pesan) dapat berubah sikap karena paparan informasi dari sender (pengirim pesan). Menurut Martin Fishbein, sikap adalah suatu kecenderungan untuk memberi reaksi yang menyenangkan, tidak menyenangkan, atau netral terhadap suatu objek atau sebuah kumpulan objek. Sasaran perubahan sikap tersebut meliputi aspek dasar sikap manusia yaitu aspek afektif (kesukaan atau perasaan terhadap suatu objek), kognitif (keyakinan terhadap sebuah objek), dan motorik / perilaku (tindakan terhadap objek) dengan uraian sebagai berikut:
a)      Sasaran aspek kognitif dalam komunikasi persuasif
Dalam proses ini, pesan yang berkaitan dengan objek sikap disampaikan kepada individu, agar ia bersedia menyetujui ide-ide yang termuat dalam pesan tersebut. Proses kognitif berjalan saat proses persuasif terjadi, sampai akhirnya individu memutuskan setuju atau tidak setuju terhadap objek sikap. Seperti yang diterangkan Muzafer Sherif dalam Social Judgement Theory ketika seseorang menerima pesan. Ia akan dihadapkan pada tiga pilihan zona sikap. Zona penerimaan, penolakan, dan netral. Lalu, bagaimana seseorang itu akan menyesuaikan diri dengan pesan tersebut berdasarkan seberapa besar / dalam kepentingannya terhadap pesan tersebut. Menurut Sherif, persuasi terdiri dari dua proses. Proses pertama terjadi ketika seseorang menerima/mendengar pesan kemudian mengevaluasinya (apakah pesan itu penting untuknya). Kemudian proses yang kedua terjadi ketika seseorang itu menyesuaikan sikapnya (menajuh/mendekati) pesan. Mengevaluasi tersebut adalah proses kognitif seseorang ketika menerima pesan.
b)     Sasaran aspek afektif dalam komunikasi persuasif
Pada bagian ini proses afektif atau emosi yang akan dijadikan pokok bahasan. Ketika pesan persuasi disampaikan, pesan tersebut akan menyentuh dan mempengaruhi aspek emosi individu yang dijadikan sasaran persuasi. Berkaitan dengan respon seseorang terhadap pesan, Pavlov dalam prinsip classical atau respondent conditioning mengemukakan bahwa seseorang akan bersikap positif terhadap objek yang sering disajikan bersamaan dengan stimulus positif, begitupun sebaliknya, seseorang akan bersikap negative terhadap objek yang disajikan bersamaan dengan stimulus negatif. Prinsip tersebut berkaitan dengan proses afektif seseorang ketika menerima pesan.
c)      Sasaran aspek motorik/perilaku dalam komunikasi persuasif
Proses motorik seseorang ketika menerima pesan dapat diterangkan berdasarkan cognitive dissonance theory. Dalam teori ini, Leon Festinger mengatakan bahwa:
The tension of dissonance motivates us to change either our behavioral or our belief in an effort to avoid that distressing feeling. The more important of the issue is to us and the greater the discrepancy is between our behavior and our belief, the higher is the magnitude of dissonance we willfeel.
(Tensi disonansi memotivasi kita untuk berubah, baik perilaku kita atau keyakinan kita, dalam upaya untuk menghindari perasaan tertekan. Semakin penting isu (pesan) untuk kita dan semakin besar perbedaan di antara perilaku dan keyakinan kita, maka semakin tinggi besarnya disonansi yang akan kita rasakan.)
Menurut teori ini, perubahan sikap dapat terjadi karena adanya cognitive dissonance. Ketika seseorang mendapat pesan baru dan telah dikuasai (dilakukan) nya, terjadi proses ketidakselarasan antara perilaku dengan keyakinan dan respon afektif yang sifatnya pribadi. Atau dengan kata lain perubahan sikap dapat terjadi karena adanya keinginan seseorang untuk menghilangkan keadaan ketidakcocokan/ketidaknyamanan.

2.      Kepercayaan
Kepercayaan adalah rasa yakin akan adanya sesuatu atau akan kebenaran sesuatu. Kepercayaan timbul akibat dari percampuran observasi pengalaman, bukti dari pihak kedua, juga motivasi yang kompleks. Martin Fishbein mengatakan bahwa kepercayaan adalah: hipotesis bahwa suatu objek itu ada dan bahwa hubungan yang terjadi diantara objek dengan pertimbangan objek-objek yang lainnya. Sehingga menurut definisi tersebut, terdapat dua kepercayaan yaitu kepercayaan kepada objek dan kepercayaan tentang objek. Kepercayaan kepada objek seperti Fulan sedang mengalami cedera. Kepercayaan tentang objek seperti cedera yang dialami Fulan tidak akan berlangsung lama.

3.      Perilaku
Perilaku dalam persuasi mengacu pada tindakan yang jelas atau dapat diamati. Seperti orang yang membuang sampah pada tempatnya, membeli motor, berolahraga, membersihkan pekarangan; semua contoh tersebut merupakan perilaku, karena tindakan – tindakan tersebut dapat diamati.
Perilaku merupakan tindakan dari sikap kita terhadap sesuatu. Seperti perilaku membuang sampah pada tempatnya merupakan salah satu tindakan yang terlihat dari orang yang memiliki sikap sadar akan kebersihan. Baron dan Byrne mengatakan bahwa:
Tampaknya sikap mempengaruhi tingkah laku melalui dua mekanisme yang berbeda. Ketika kita dapat memberikan pemikiran yang mendalam terhadap sikap kita, intensi yang berasal dari sikap kita dapat memprediksikan dengan kuat tingkah laku kita. Sementara dalam situasi dimana kita tidak dapat melakukan pertimbangan tersebut, sikap mempengaruhi tingkah laku dengan membentuk persepsi kita terhadap situasi tersebut.

2.4.      PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI PERSUASIF
Ada empat prinsip utama yang dapat dimanfaatkan dalam komunikasi persuasif. Prinsip tersebut dapat digunakan sebagai landasan untuk keberhasilan mengubah sikap, kepercayaan, dan mengajak sasaran persuasi untuk berbuat sesuatu. DeVito menerangkan prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Prinsip Pemaparan Selektif
Prinsip ini menerangkan bahwa: (a) pendengar akan secara aktif mencari informasi yang mendukung opini, nilai, keputusan, perilaku, dan motivasi mereka (b) pendengar akan secara aktif menghindari informasi yang bertentangan dengan opini, nilai, keputusan, perilaku, dan motivasi mereka. Ketika proses meyakinkan sasaran persuasi akan dilangsungkan, maka pemaparan selektif akan terjadi. Pemaparan tersebut terjadi secara induktif, artinya objek persuasi disimpan terlebih dahulu setelah menyampaikan bukti dan argumen, kemudian kaitkan bukti dan argumen tersebut pada pesan atau tujuan persuasi.
2.      Prinsip Partisipasi Khalayak
Khalayak yang dimaksudkan disini adalah sasaran persuasi. Komunikasi persuasif akan lebih efektif apabila khalayak turut berpartisipasi dalam proses komunikasi. Persuasi bersifat transaksional dimana pembicara dan pendengar saling terlibat. Persuasi dapat dikatakan berhasil apabila khalayak berpartisipasi secara aktif.
3.      Prinsip Inokulasi
Prinsip ini berbicara tentang menghadapi sasaran persuasi yang terinokulasi sasaran yang telah mengetahui posisi persuader dan telah menyiapkan senajata berupa argumen untuk menentangnya (persuader). Sehingga seorang persuader perlu persiapan seperti beberapa argumen dalam komunikasi yang akan dilakukan. Proses persuasi dilakukan perlahan, tidak mengandung penyerangan secara total namun secara sedikit demi sedikit.
4.      Prinsip Besaran Perubahan
Prinsip ini mengatakan bahwa semakin besar dan semakin penting perubahan yang diinginkan persuader, maka semakin besar tantangan dan tugas untuk mencapai tujuan persuasi. Sehingga, persuasi diarahkan untuk melakukan perubahan kecil atau sedikit demi sedikit terlebih dahulu dan diperlukan untuk periode yang cukup lama.

2.5.      KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM PROMOSI KESEHATAN
Promosi kesehatan adalah ilmu dan seni yang membantu masyarakat menjadikan gaya hidup mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai keseimbangan kesehatan fisik, emosi, social, spiritual, dan intelektual. Ini bukan sekedar pengubahan gaya hidup saja, namun berkaitan dengan pengubahan lingkungan yang diharapkan dapat lebih mendukung dalam membuat keputusan yang sehat.
Salah satu program promosi kesehatan adalah dengan pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi komunikasi, nformasi dan edukasi. Dalam promosi kesehatan informasi merupakan hal yang utama, karena informasi merupakan salah satu sumber utama dari pengetahuan yang menjadi salah satu strategi dalam mengubah perilaku seseorang.  Dalam strategi merubah perilaku melalui point persuasi, informasi dapat diperoleh melalui media iklan, e-mail, melalui pembicaraan seperti seminar dan diskusi serta melalui selebaran seperti poster dan pamphlet. Melalui media komunikasi prersuasif tersebut masyarakat dapat mengetahui ancaman berupa penyakit yang dapat ditimbulkan apabila tidak melaksanakan perilaku hidup sehat.









BAB III
PENUTUP

3.1.  SIMPULAN
Komunikasi persuasive merupakan bentuk komunikasi yang mempengaruhi komunikannya sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh komunikannya bahkan dapat merubah sikap dari komunikannya. Namun, pesan yang akan disampaikan komunikator harus menjadi hal besar yang perlu diperhatikan karena akan merubah sikap dan perilaku komunikannya. Pesan-pesan persuasive yang efektif haruslah dirancang sedemikian rupa antara lain dengan focus penerima, sehingga pesan dapat sesuai dengan tujuan.
Komunikasi persuasive sangat penting dalam promosi kesehatan karena karena informasi merupakan salah satu sumber utama dari pengetahuan yang menjadi salah satu strategi dalam mengubah perilaku seseorang.  Dalam strategi merubah perilaku melalui point persuasi, informasi dapat diperoleh melalui media iklan, e-mail, melalui pembicaraan seperti seminar dan diskusi serta melalui selebaran seperti poster dan pamphlet. Melalui media komunikasi prersuasif tersebut masyarakat dapat mengetahui ancaman berupa penyakit yang dapat ditimbulkan apabila tidak melaksanakan perilaku hidup sehat.

3.2.  SARAN
Melalui makalah ini penulis menyarankan agar sebaiknya terus dilakukan peningkatan promosi kesehatan, memperluas jaringan promosi kesehatan terutama  di daerah-daerah terpencil dan rakyat miskin dan peningkatan sarana prasarana oleh pemerintah dan instansi terkait demi mewujudkan masyarakat yang sehat optimal.


DAFTAR PUSTAKA

library.binus.ac.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About