Blogger templates

Pages

Sabtu, 07 Mei 2016

KEHAMILAN EKTOPIK


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  LATAR BELAKANG MASALAH
Pembangunan kesehatan di laksanakan pada segala bidang.Tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas merupakan masalah kesehatan yang penting, bila tidak ditanggulangi akan menyebabkan angka kematian ibu yang tinggi. Kematian seorang ibu dalam proses reproduksi merupakan tragedi yang mencemaskan. World Health organization (2008) melaporkan pada tahun 2005 terdapat 536.000 wanita meninggal akibat dari komplikasi kehamilan dan persalinan, dan 400 ibu meninggal per 100.000 kelahiran hidup (Maternal Mortality Ratio). Angka Kematian Ibu (AKI) di negara maju diperkirakan 9 per 100.000 kelahiran hidup dan 450 per 100.000 kelahiran hidup di negara yang berkembang, hal ini berarti 99% dari kematian ibu oleh karena kehamilan dan persalinan berasal dari negara berkembang.
Indonesia sebagai Negara berkembang mempunyai AKI yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan Negara-negara ASEAN.Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) AKI menurun dari450/100.000 kelahiran hidup pada tahun 1986 menjadi 425/100.000 kelahiran hidup pada tahun 1992.kemudian menurun lagi menjadi 373/100.000 kelahiran hidup pada tahun 1995. Berdasarkan hasi Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, pada tahun 2001-2003 terdapat AKI sebesar 307/100.000 kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan AKI cenderung terus menurun, tetapi bila dibandingkan dengan target yang ingin dicapai secara nasional pada tahun 2010, yaitu sebesar 125/100.000 kelahiran hidup, maka apabila penurunannya masih seperti tahun-tahun sebelumnya, diperkirakan target tersebut di masa mendatang sulit tercapai.
Jika dilihat dari golongan sebab sakit, kasus obstetrik terbanyak pada tahun 2006 adalah disebabkan penyulit kehamilan, persalinan dan masa nifas lainnya dengan proporsi 47,3 %, diikuti dengan kehamilan yang berakhir abortus dengan proporsi 31,5%.5 Kehamilan ektopik merupakan salah satu kehamilan yang berakhir abortus, dan sekitar 16 % kematian oleh sebab perdarahan dalam kehamilan dilaporkan disebabkan oleh kehamilan ektopik yang pecah.
Kehamilan ektopik terjadi apabila hasil konsepsi berimplantasi, tumbuh danberkembang di luar endometrium normal.Kehamilan ektopik ini merupakan kehamilanyang berbahaya bagi wanita yang bersangkutan berhubung dengan besarnyakemungkinan terjadi keadaan gawat.Keadaan gawat ini dapat terjadi apabila KehamilanEktopik Terganggu (KET) dimana terjadi abortus maupun ruptur tuba.Abortus danruptur tuba menimbulkan perdarahan ke dalam kavum abdominalis yang bila cukupbanyak dapat menyebabkan hipotensi berat atau syok. Bila tidak atau terlambatmendapat penanganan yang tepat penderita akan meninggal akibat kehilangan darah yangsangat banyak.
Di Indonesia frekuensi kehamilan ektopik bervariasi antara 1 dalam 28 persalinansampai 1 dalam 329 persalinan.Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa masih banyaknya jumlah penderitakehamilan ektopik yang memerlukan penanganan yang adekuat.Dalam makalah ini penulis memaparkan lebih lanjut terkait dengan kehamilan ektopik dan konsep asuhan keperrawatan pada kehamilan ektopik.




1.2.RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
1.      Bagaimana tinjauan teori tentang kehamilan ektopik?
2.      Bagaimana tinjauan teori asuhan keperawatan pada kehamilan ektopik?


1.3.TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, penulis merumuskan tujuan penulisan sebagai berikut.
1.   Tujuan Umum
Memperoleh gambaran umum tentang asuhan keperawatan pada pasien yang menderita kehamilan ektopik.
2.   Tujuan Khusus
a.       Mampu melakukan pengkajian pada pasien yang menderita kehamilan ektopik.
b.      Mampu merumuskan diagnose keperawatan yang tepat berdasarkan dari data hasil pengkajian yang diperoleh.
c.       Mampu menyusun perencanaan keperawatan pada pasien yang menderita kehamilan ektopik.
d.      Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien yang menderita kehamilan ektopik.
e.       Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien yang menderita kehamilan ektopik.





1.4.  MANFAAT PENULISAN
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.      Bagi Penulis
a.       Menambah wawasan dan memberikan pengetahuan tentang penyakit dan gejala-gajala disertai tindakan yang harus diambil untuk penanganan dalam mengatasi kehamilan Ektopik. Serta dapat dijadikan sebagai media latihan untuk mengaplikasikan kembali teori-teori yang pernah dipelajari selama mengikuti perkuliahan.

2.      Bagi Ilmu Pengetahuan
a.       Dapat menambahkan referensi/kepustakaan mengenai penyait pada kasus kehamilan ektopik.

3.      Bagi Bidang Kesehatan
a.       Dapat meningkatkan produktifitas tenaga medis dengan menggunakan sistem sebagai pertimbangan awal/rekam medis.



BAB II
PEMBAHASAN

2. 1.    Tinjauan Teori Kehamilan Ektopik
2.1.1.   Definisi
           Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa Yunani, topos yang berarti tempat.Jadi istilah ektopik dapat diartikan “berada di luar tempat yang semestinya”.Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu.
           Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus, tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik,sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba,jarang terjadi implantasi pada ovarium,rongga perut,kanalis servikalis uteri,tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada uterus.(Sarwono Prawiroharjho, 2005).
           Kehamilan ektopik terjadi bila ovum yang dibuahi melekat pada sembarang jaringan selain lapisan uterus. (Brenda & Suzanne, 2001: 1530).
           Kehamilan ektopik terjadi bila telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri. (Prawirohardjo, 2006: 323).
           Secara umum kehamilan ektopik dapat diartikan sebagai kehamilan di mana sel telur yang dibuahi berimplantasidan tumbuh di luar endometrium kavum uterus. Kehamilan ektopik dapat terjadi di luarrahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut, tetapi dapat juga terjadi di dalamrahim di tempat yang luar biasa misalnya dalam cervik, pars intertistialis atau dalamtanduk rudimeter rahim.
           Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya karena tempat implantasinya tidak memberikan kesempatan untuk tumbuh kembang mencapai aterm.Kehamilan ektopik terganggu (KET) adalah keadaan di mana timbul gangguan pada kehamilan tersebut sehingga terjadi abortus maupun ruptur yang menyebabkan penurunan keadaan umum pasien.

2.1.2.   Klasifikasi
Klasifikasi kehamilan ektopik berdasarkan tempat terjadinya implantasi darikehamilan ektopik, dapat dibedakan menurut:
1.      Kehamilan tuba
Kehamilan tuba adalah kehamilan ektopik pada setiap bagian dari tuba fallopi.Sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba (95%).18 Konseptus dapat berimplantasi pada ampulla (55%), isthmus (25%), fimbrial (17%), atau pun pada interstisial (2%) dari tuba. Tuba fallopi mempunyai kemampuan untuk berkembang yang terbatas, sehingga sebagian besar akan pecah (ruptura) pada umur kehamilan 35-40 hari.
2.      Kehamilan ovarial
Kehamilan ovarial merupakan bentuk yang jarang (0,5%) dari seluruh kehamilan ektopik dimana sel telur yang dibuahi bernidasi di ovarium. Meskipun daya akomodasi ovarium terhadap kehamilan lebih besar daripada daya akomodasi tuba, kehamilan ovarium umumnya mengalami ruptur pada tahap awal.
3.      Kehamilan servikal
Kehamilan servikal adalah bentuk dari kehamilan ektopik yang jarang sekali terjadi.Nidasi terjadi dalam selaput lendir serviks.Dengan tumbuhnya telur, serviks mengembang. Kehamilan serviks jarang melewati usia gestasi 20 minggu sehingga umumnya hasil konsepsi masih kecil dan dievakuasi dengan kuretase.
4.      Kehamilan Abdominal
Kehamilan ini terjadi satu dalam 15.000 kehamilan, atau kurang dari 0,1% dari seluruh kehamilan ektopik. Kehamilan Abdominal ada 2 macam :
a.       Primer, dimana telur dari awal mengadakan implantasi dalam rongga perut.
b.      Sekunder, yaitu pembentukan zigot terjadi ditempat yang lain misalnya di dalam saluran telur atau ovarium yang selanjutnya berpindah ke dalam rongga abdomen oleh karena terlepas dari tempat asalnya. Hampir semua kasus kehamilan abdominal merupakan kehamilan ektopik sekunder akibat rupture atau aborsi kehamilan tuba atau ovarium ke dalam rongga abdomen.
Walaupun ada kalanya kehamilan abdominal mencapai umur cukup bulan, hal ini jarang terjadi, yang lazim ialah bahwa janin mati sebelum tercapai maturitas (bulan ke 5 atau ke 6) karena pengambilan makanan kurang sempurna.
5.      Kehamilan Heterotopik
Kehamilan Heterotopik adalah kehamilan ektopik yang dapat terjadi bersama dengan kehamilan intrauterin.Kehamilan heterotipik ini sangat langka, terjadi satu dalam 17.000-30.000 kehamilan ektopik. Kehamilan heterotopik dapat di bedakan atas:
a.       Kehamilan kombinasi (Combined Ectopik Pregnancy) yaitu kehamilan yang dapat berlangsung dalam waktu yang sama dengan kehamilan intrautrin normal.
b.      Kehamilan ektopik rangkap (Compound Ectopic Pregnancy) yaitu terjadinya kehamilan intrauterin setelah lebih dahulu terjadi kehmilan ektopik yang telah mati atau pun ruptur dan kehmilan intrauterin yang terjadi kemudian berkembang seperti biasa.



6.      Kehamilan interstisial
Kehamilan interstisial yaitu implantasi telur terjadi dalam pars interstitialis tuba. Kehamilan ini juga disebut sebagai kehamilan kornual (kahamilan intrauteri, tetapi implantasi plasentanya di daerah kornu, yang kaya akan pembuluh darah). Karena lapisan myometrium di sini lebih tebal maka ruptur terjadi lebih lambat kira-kira pada bulan ke 3 atau ke 4.Kehamilan interstisial merupakan penyebab kematian utama dari kehamilan ektopik yang pecah.
7.      Kehamilan intraligamenter
Kehamilan intraligamenter berasal dari kehamilan ektopik dalam tuba yang pecah.Konseptus yang terjatuh ke dalam ruangan ekstra peritoneal ini apabila lapisan korionnya melekat dengan baik dan memperoleh vaskularisasi di situ fetusnya dapat hidup dan berkembang dan tumbuh membesar. Dengan demikian proses kehamilan ini serupa dengan kehmilan abdominal sekunder
8.      Kehamilan tubouteina
Kehamilan tubouteina merupakan kehamilan yang semula mengadakan implantasi pada tuba pars interstitialis, kemudian mengadakan ekstensi secara perlahan-lahan ke dalam kavum uteri.
9.      Kehamilan tuboabdominal
Kehamilan tuboaddominal berasal dari tuba, dimana zigot yang semula megadakan implantasi di sekitar bagian fimbriae tuba, secara beangsur mengadakan ekstensi ke kavum peritoneal.
10.  Kehamilan tuboovarial
Kehamilan tuboovarial digunakan bila kantung janin sebagian melekat pada tuba dan sebagian pada jaringan ovarium.






2.1.3.   Patofisiologi
1.      Etiologi
Beberapa hal dibawah ini ada hubungannya dengan terjadinya kehamilan ektopik:
a.       Pengaruh faktor mekanik
Faktor-faktor mekanis yang menyebabkan kehamilan ektopik antara lain: riwayat operasi tuba, salpingitis, perlekatan tuba akibat operasi non-ginekologis seperti apendektomi, pajanan terhadap diethylstilbestrol, salpingitis isthmica nodosum (penonjolan-penonjolan kecil ke dalam lumen tuba yang menyerupai divertikula), dan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR). Hal-hal tersebut secara umum menyebabkan perlengketan intra maupun ekstraluminal pada tuba, sehingga menghambat perjalanan zigot menuju kavum uteri. Faktor mekanik lain adalah pernah menderita kehamilan ektopik, pernah mengalami operasi pada saluran telur seperti rekanalisasi atau tubektomi parsial, induksi abortus berulang, tumor yang mengganggu keutuhan saluran telur.

b.      Pengaruh faktor fungsional
Faktor fungsional yaitu perubahan motilitas tuba yang berhubungan dengan factor hormonal.Dalam hal ini gerakan peristalsis tuba menjadi lamban, sehingga implantasi zigot terjadi sebelum zigot mencapai kavum uteri. Gangguan motilitas tuba dapat disebabkan oleh perubahan keseimbangan kadar estrogen dan progesteron serum. Adapun beberapa factor fungsional yang dapat menyebabkan kehamilan ektopik, diantaranya:
1)      Faktor dalam lumen tuba:
a)      Endosalpingitis dapat menyebabkan perlekatan endosalping, sehingga lumen tuba menyempit atau membentuk kantong buntu;
b)      Pada hipoplasia uteri lumen tuba sempit dan berkeluk-keluk dan hal ini sering disertai gangguan fungsi silia endosalping;
c)      Operasi plastik tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat menjadi sebab lumen tuba menyempit.
2)      Faktor pada dinding tuba:
a)      Endometriosis tuba dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi dalam tuba;
b)      Divertikel tuba kongenital atau ostium assesorius tubae dapat menahan telur yang dibuahi di tempat itu.
3)      Faktor di luar dinding tuba:
a)      Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat menghambat perjalanan telur;
b)      Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba.
4)      Faktor lain:
a)      Migrasi luar ovum, yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri atau sebaliknya dapat memperpanjang perjalanan telur yang dibuahi ke uterus; pertumbuhan telur yang terlalu cepat dapat menyebabkan implantasi prematur;
b)      Fertilisasi in vitro
(Prawirohardjo, 2006: 325-326)

c.       Kegagalan kontrasepsi
Sebenarnya insiden sesungguhnya kehamilan ektopik berkurang karena kontrasepsi sendiri mengurangi insidensi kehamilan.Akan tetapi dikalangan para akseptor bisa terjadi kenaikan insiden kehamilan ektopik apabila terjadi kegagalan pada teknik sterilisasi.Alat kontrasepsi dalam rahim selama ini dianggap sebagai penyebab kehamilan ektopik.Namun ternyata hanya AKDR yang mengandung progesteron yang meningkatkan frekuensi kehamilan ektopik.AKDR tanpa progesteron tidak meningkatkan risiko kehamilan ektopik, tetapi bila terjadi kehamilan pada wanita yang menggunakan AKDR, besar kemungkinan kehamilan tersebut adalah kehamilan ektopik.

d.      Peningkatan afinitas mukosa tuba
Dalam hal ini terdapat elemen endometrium ektopik yang berdaya meningkatkan implantasi pada tuba.
e.       Pengaruh proses bayi tabung
Beberapa kejadian kehamilan ektopik dilaporkan terjadi pada proses kehamilan yang terjadi dengan bantuan teknik-teknik reproduksi (assisted reproduction). Kehamilan tuba dilaporkan terjadi pada GIFT (gamete intrafallopian transfer).IVF (in vitro fertilization), ovum transfer, dan induksi ovulasi. Induksi ovulasi dengan human pituitary hormone dan hCG dapat menyebabkan kehamilan ektopik bila pada waktu ovulasi terjadi peningkatan pengeluaran estrogen urin melebihi 200 mg sehari.

2.      Proses Terjadi
           Tempat-tempat implantasi kehamilan ektopik antara lain ampula tuba (lokasi tersering, ismust, fimbriae, pars interstisialis, kornu uteri, ovarium, rongga abdomen, serviks dan ligamentum kardinal. Zigot dapat berimplantasi tepat pada sel kolumnar tuba maupun secara intercolumnar.Pada keadaan yang pertama, zigot melekat pada ujungatau sisi jonjot, endosalping yang relative sedikitmendapat suplai darah, sehingga zigot mati dan kemudian di reabsorbsi.Pada implantasi interkolumnar, zigot menempel diantara dua jonjot. Zigot yang telah bernidasi kemudian tertutup oleh jaringan endosalping yang menyerupai desidua, yang disebut pseudokapsul. Villi korialis dengan mudah menembus endosalping dan mencapai lapisan miosalping dengan merusak integritas pembuluh darah di tempat tersebut.Selanjutnya, hasil konsepsi berkembang dan perkembangannya tersebut di pengaruhi oleh beberapa faktor,  yaitu tempat implantasi, ketebalan tempat implantasi dan banyaknya perdarahan akibat invasi trofoblas.
           Seperti kehamilan normal, uterus pada kehamilan ektopikpun mengalami hipertropi akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron, sehingga tanda-tanda kehamilan seperti tanda hegar dan Chadwick pun ditemukan. Endometriumpun berubah menjadi desidua, meskipun tanpa trofoblas. Sel-sel epitel endometriummenjadi hipertropik, hiperkromatik, intinya menjadi lobular dan sitoplasmanya bervakuola. Perubahan selular demikian disebut sebagai reaksi Arias-Stella. Karena tempat pada implantasi pada kehamilan ektopik tidak ideal untuk berlangsungnya kehamilan, suatu saat kehamilan akan terkompromi.    

3.      Manifestasi Klinis
Pada umumnya seorang yang mengalami kehamilan akan menunjukkn manifestasi klinis seperti berikut:
a.       Gejala kehamilan awal (flek atau perdarahan yang ireguler, mual, pembesaran payudara, perubahan warna pada vagina dan servik, perlunakan serviks, pembesaran uterus, frekuensi meningkat).
b.      Nyeri pada abdomen dan pelvis

Manisfestasi klinik pada klien dengan kehamilan ektopik adalah sebagai berikut.
a.       Gambaran klinis kehamilan tuba belum terganggu tidak khas. Pada umumnya ibu menunjukan gejala-gejala kehamilan muda dan mungkin merasa nyeri sedikit di perut bagian bawah yang tidak seberapa dihiraukan. Pada pemeriksaan vaginal, uterus membesar dan lembek, walaupun mungkin besarnya tidak sesuai dengan usia kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi karena lembeknya sukar diraba pada bimanual.
b.      Gejala kehamilan tuba terganggu sangat berbeda-bada dari perdarahan banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapat gejala yang tidak jelas sehingga sukar dibuat diagnosisnya.
c.       Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu. Pada ruptur tuba nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan intesitas yang kuat disertai dengan perdarahan yang menyebabkan ibu pingsan dan masuk kedalam syok.
d.      Amenore juga merupakan tanda yang penting pada kehamilan ektopik. Lamanya amenore tergantung pada kehidupan janin, sehingga dapat berpriasi. 

Tanda gejala  Kehamilan ektopik yang belum terganggu :
-        Kehamilan muda atau abortus imminens
-        Terlambat haid
-        Mual dan muntah
-        Pembesaran payudara
-        Hiperpigmentasi areola dan garis tengah perut
-        Peningkatan rasa ingin berkemih
-        Porsio livide
-        Pelunakan serviks
-        Perdarahan bercak berulang

Tanda gejala kehamilan ektopik yang terganggu
-        Kolaps dan kelelahan
-        Denyut nadi cepat dan lelah
-        Hipotensi
-        Hipovelemia
-        Abdomen akut dan nyeri pelvis
-        Distensi abdomen
-        Nyeri lepas
-         Pucat

Gambaran klinis yang dijumpai bisa akut atau sub akut antara lain :
-        Rasa sakit dan nyeri
-        Amenorea
-        Perdarahan
-        Teraba masa tumor
-        Jatuh dalam syok
-        Mual dan muntah-muntah
-        Pengeluaran jaringan desidual cast
-        Febris dan Sakit dibahu 

4.      Komplikasi
Komplikasi kehamilan ektopik dapat terjadi sekunder akibat kesalahan diagnosis, diagnosis yang terlambat, atau pendekatan tatalaksana atau pembedahan.
a.       Ruptur tuba atau abortus tuba yang nantinya dapat mengakibatkan perdarahan massif, syok, DIC dan kematian.
b.       Aksierosif dari trofroblas dapat menyebabkan kekacauan dinding tuba secara mendadak: ruptur mungkin paling sering timbul bila kehamilan berimplatasi pada pars ismikus tuba yang sempit.
c.       Abortus tuba dapat menimbulkan hematokel pelvis.
d.      Reaksi peradangan lokal dan infeksi sekunder dapat berkembang dalam jaringan yang berdekatan dengan bekuan darah yang berkumpul.
e.       Perdarahan serta kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan pembuluh darah besar).

2.1.4.   Pemeriksaan Diagnostik
              Berikut ini merupakan jenis pemeriksaan untuk membantu diagnosis kehamilan ektopik menurut Sarwono Prawirohardjo (2006: 330-331):
1.      Pemeriksaan umum.
Penderita tampak kesakitan dan pucat, pada perdarahan dalam rongga perut tanda-tanda syok dapat ditemukan.Pada jenis tidak mendadak perut bagian bawah hanya sedikit mengembung dan nyeri tekan.
2.      Pemeriksaan ginekologi. Tanda-tanda kehamilan muda mungkin ditemukan. Pergerakan serviks menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba, maka akan teraba sedikit membesar dan kadang-kadang teraba tumor di samping uterus dengan batas yang sukar ditentukan. Kavum Douglas yang menonjol dan nyeri raba menunjukkan adanya hematokel retrouterina. Suhu kadang-kadang naik, sehingga menyukarkan perbedaan dengan infeksi pelvik.
3.      Pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel darah merah berguna dalam menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu, terutama bila ada tanda-tanda perdarahan dalam rongga perut. Pada kasus janis tidak mendadak biasanya ditemukan anemia; tetapi harus diingat bahwa penurunan hemoglobin baru terlihat setelah 24 jam. Penghitungan leukosit secara berturut menunjukkan adanya perdarahan bila leukositosis meningkat.Untuk membedakan kehamilan ektopik dari infeksi pelvik, dapat diperhatikan jumlah leukosit.Jumlah leukosit yang melebihi 20.000 biasanya menunjuk pada keadaan yang terakhir.Tes kehamilan berguna apabila positif. Akan tetapi, tes negatif tidak menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik terganggu karena kematian hasil konsepsi dan degenerasi trofoblas menyebabkan produksi human chorionic gonadotropin (HCG) menurun dan menyebabkan tes negative.
4.      Dilatasi dan kerokan.
Pada umumnya dilatasi dan kerokan untuk menunjang diagnosis kehamilan ektopik tidak dianjurkan, berikut ini adalah alasannya:
a.       kemungkinan adanya kehamilan dalam uterus bersama kehamilan ektopik
b.      hanya 12 sampai 19% kerokan pada kehamilan ektopik menunjukkan reaksi desidua
c.       perubahan endometrium yang berupa reaksi Arias-Stella tidak khas untuk kehamlan ektopik. Namun, jika jaringan yang dikeluarkan bersama dengan perdarahan terdiri atas desidua tanpa villi koriales, hal itu dapat memperkuat diagnosis kehamilan ekktopik terganggu.
5.      Kuldosentesis.
Kuldosentesis adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum Douglas ada darah. Cara ini amat berguna dalam membantu membuat diagnosis kehamilan ektopik terganggu. Teknik:
a.       Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi.
b.      Vulva dan vagina dibersihkan dengan antiseptik.
c.       Spekulum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan cunam serviks; dengan traksi ke depan sehingga forniks posterior tampak.
d.      Jarum spinal no. 18 ditusukkan ke dalam kavum Douglas dan dengan semprit 10 ml dilakukan pengisapan.
e.       Bila pada pengisapan ditemukan darah, maka isinya disemprotkan pada kain kasa dan diperhatikan apakah darah yang dikeluarkan merupakan:
1)      Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan membeku; darah ini berasal dari arteri atau vena yang tertusuk;
2)      Darah tua berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku, atau yang berupa bekuan kecil-kecil; darah ini menunjukkan adanya hematokel ratrouterin.
6.      Ultrasonografi.
Ultrasonografi berguna dalam diagnostik kehamilan ektopik.Diagnosis pasti ialah apabila ditemukan kantong gestasi di luar uterus yang di dalamnya tampak denyut jantung janin.Hal ini hanya terdapat pada ± 5% kasus kehamilan ektopik.Walaupun demikian, hal ini masih harus diyakini lagi bahwa ini bukan berasal dari kehamilan intrauterin pada kasus uternus bikornis.
7.      Laparoskopi.
Laparoskopi hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostik terakhir untuk kehamilan ektopik, apabila hasil penilaian prosedur diagnostik yang lain meragukan. Melalui prosedur laparoskopik, alat kandungan bagian dalam dapat dinilai.Secara sistematis dinilai keadaan uterus, ovarium, tuba, kavum Douglas, dan ligamentum latum.Adanya darah dalam rongga pelvis mungkin mempersulit visualisasi alat kandungan, tetapi hal ini menjadi indikasi untuk dilakukan laparotomi.
8.      Foto Rontgen.
Tampak kerangka janin lebih tinggi letaknya dan berada dalam letak paksa. Pada foto lateral tampak bagian-bagian janin menutupi vertebra Ibu.
9.      Histerosalpingografi.
Memberikan gambaran kavum uteri kosong dan lebih besar dari biasa, dengan janin diluar uterus. Pemeriksaan ini dilakukan jika diagnosis kehamilan ektopik terganngu sudah dipastikan dengan USG (Ultra Sono Graphy) dan MRI (Magnetic Resonance Imagine) (1,4,8,15). Trias klasik yang sering ditemukan adalah nyeri abdomen, perdarahan vagina abnormal, dan amenore.

2.1.5.   Penatalaksanaan Medis
1.      Penatalaksaan Terapi
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat, dan pelaksanaan kemoterapi, dan menciptakan suasana tenang dan nyaman untuk mengurangi rasa nyeri dan kecemasan. Konseling pasca tindakan dan asuhan mandiri selama dirumah.Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan tranfusi,  jika terjadi pendarahan yang berlebihan.
2.      Pentalaksanaan Operatif
a.       Tubektomi
Dalam pembedahan yang disebut tubektomi, kedua saluran tuba falopi yang menghubungkan ovarium dan rahim (uterus) tersebut dipotong dan ujung-ujungnya ditutup dengan cincin atau dibakar (kauter). Metode lain yang tidak melakukan pemotongan adalah dengan mengikat atau menjepit saluran tuba falopi (tubal ring/tubal clip). Hal ini menyebabkan sel telur tidak dapat terjangkau sperma.Pembedahan biasanya dilakukan dengan pembiusan umum atau lokal (spinal/epidural). Dokter dapat menggunakan alat bantu berupa teleskop khusus yang disebut laparoskop. Teleskop berupa pipa kecil bercahaya dan berkamera ini dimasukkan melalui sebuah sayatan kecil di perut untuk menentukan lokasi tuba falopi.Sebuah sayatan lainnya kemudian dibuat untuk memasukkan alat pemotong tuba falopi Anda.Biasanya, ujung-ujung tuba falopi kemudian ditutup dengan jepitan.Cara yang lebih tradisional yang disebut laparotomi tidak menggunakan teleskop dan membutuhkan sayatan yang lebih besar.

b.      Laparatomi     
Laparotomi eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-ovarektomi) atau insisi longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan pemencetan agar kantung kehamilan keluar dari luka insisi dan kemudian luka insisi dijahit kembali.

c.       Laparoskop
Laparoskop  yaitu untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin lakukan insisi pada tepi superior dan kantung kehamilan dihisap keluar tuba.
2. 2.    Tinjauan Teori Askep Kehamilan Ektopik
2.2.1.   Pengkajian
1.      Data Subjektif
a.       Riwayat terlambat haid.
b.      Gejala dan tanda kehamilan muda.
c.       Dapat ada atau tidak ada perdarahan per vagina.
d.      Terdapat amenore.
e.       Ada nyeri mendadak di sertai rasa nyeri bahu dan seluruh abdomen, terutama abdomen bagian kanan / kiri bawah.
f.       Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul dalam peritoneum.

2.      Data Objektif
a.       Pemeriksaan Fisik
1)      Inspeksi
(a)    Mulut          : bibir pucat
(b)   Payudara     : hyperpigmentasi, hipervaskularisasi, simetris
(c)    Abdomen    : terdapat pembesaran abdomen
(d)   Genetalia    : terdapat perdarahan pervaginam
(e)    Ekstremitas : dingin
2)      Palpasi
(a)    Abdomen    : uterus teraba lembek, TFU lebih kecil daripada UK, nyeri tekan, perut teraba tegang, messa pada adnexa.
(b)   Genetalia     : Nyeri goyang porsio, kavum douglas menonjol.

3)      Auskultasi
(a)    Abdomen     : bising usus (+), DJJ (-)
4)      Perkusi
(a)    Ekstremitas : reflek patella + / +

b.      Pemeriksaan Umum
1)      Pasien tampak anemis dan sakit.
2)      Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah adneksa.
3)      Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma tidak sadar;
4)      Daerah ujung (ekstremitas) dingin.
5)      Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat, adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen.
6)      Pemeriksa nadi meningkat, tekanan darah menurun sampai syok.
7)      Pemeriksaan abdomen: perut kembung, terdapat cairan bebas darah, nyeri saat perabaan.

c.       Pemeriksaan Khusus
1)      Nyeri goyang pada pemeriksaan serviks.
2)      Kavum douglas menonjol dan nyeri.
3)      Mungkin terasa tumor di samping uterus.
4)      Pada hematokel tumor dan uterus sulit dibedakan.
5)      Pemeriksaan ginekologis: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan dan kiri.




3.      Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan  yang muncul adalah sebagai berikut:
a.       Devisit volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan cairan akibat pendarahan
b.      Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
c.       Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan terjadinya rupture pada tuba
d.      Ansietas yang berhubungan dengan kurang pemahaman mengenai penyakitnya.

2.2.2.   Perencanaan
Perencanaan merupakan penerapan intervensi untuk mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah keperawatanp asien.(Carpenito, 2007 & Doenges, 2012).Diawali dengan prioritas masalah berdasarkan hal yang mengancam jiwa.
2.      Prioritas diagnose keperawatan
a.       Devisit volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan cairan akibat pendarahan
b.      Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
c.       Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan terjadinya rupture pada tuba
d.      Ansietas yang berhubungan dengan kurang pemahaman mengenai penyakitnya.

3.      Rencana asuhan keperawatan
a.       Diagnose 1 :Devisit volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan cairan akibat pendarahan
1)      Rencana tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan cairan pasien adekuat.
2)      Kriteria hasil :
Ibu menunjukan kestabilan/ perbaikan keseimbangn cairan yang dibuktikan oleh tanda-tanda vital yang stabil, pengisian kapiler cepat, serta frekuensi berat jenis urine adekuat.
3)      Rencana tindakan
a)      Observasi TTV dan observasi tanda akut abdoment.
R: Parameter deteksi dini adanya komplikasi yang terjadi.
b)      Pantau input dan output cairan.
R: Untuk mengetahui kesaimbangan cairan dalam tubuh.
c)       Pemeriksaan kadar Hb.
R: Mengetahui kadar Hb klien sehubungan dengan perdarahan.
d)      Berikan penjelasan mengenai kondisi pasien saat ini.
R: Pasien mengerti tentang keadaan dirinya dan lebih kooperatif terhadap tindakan.
e)      Lakukan kolaborasi dengan pemberian cairan infuse
R: Pemberian cairan infuse akan membantu memenuhi kebutuhan cairan pada pasien.
f)   Atur posisi klien semi fowler
R: Posisi semi fowler akan membantu pasien merasa lebih nyaman dan aman.

b.      Diagnose 2 : Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
1)      Rencana tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi infeksi
2)      Kriteria hasil :
Tidak timbul tanda-tanda infeksi seperti, kalor, rubor, dolor dan fungsolasiah.
3)      Rencana tindakan
a)      Lakukan setiap prasat dengan teknik steril
R: Tindakan yang dilakukan secara steril dapat meminimalisir munculnya suatu tanda-tanda infeksi.
b)      Cuci tangan sebelum dan setelah tindakan
R:  Tindakan mencuci tangan pada saat sebelum dan setelah tindakan akan mencegah terjadinya infeksi nosokomial.
c)      Jelaskan pentingnya personal hygine
R: Personal hygiene yang baik akan mencegah terjadinya infeksi pada pasien.
d)     Kolaborasikan pemberian antibiotic.
R: Pemberian antibiotic akan mencegah pertumbuhan bakteri dan mempercepat proses penyembuhan.

c.       Diagnose 3 : Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan terjadinya rupture pada tuba.
1)      Rencana tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan rasa nyaman (nyeri) pada pasien dapat berkurang atau hilang.
2)      Kriteria hasil :
Ibu dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi, tanda-tanda vital dalam batas normal, dan ibu tidak meringis atau menunjukan raut muka yang kesakitan.
3)      Rencana tindakan
a)      Tentukan sifat, lokasi dan durasi nyeri. Kaji kontraksi uterus hemoragi atau nyeri tekan abdomen.
R: Membantu dalam mendiagnosis dan menentukan tindakan yang akan dilakukan. Ketidaknyamanan dihubungkan dengan aborsi spontan dan molahidatiosa karena kontraksi uterus yang mungkin diperberat oleh infuse oksitosin. Rupture kehamilan ektropik mengakibatkan nyeri hebat, karena hemoragi tersembunyi saat tuba fallopi ruptur ke dalam abdomen.
b)      Kaji stres psikologi ibu/ pasangan dan respons emosional terhadap kejadian.
R: Ansietas terhadap situasi darurat dapat memperberat ketidaknyamanan karena syndrome ketegangan, ketakutan, dan nyeri.
c)      Berikan lingkungan yang tenang dan aktivitas untuk menurunkan rasa nyeri. Instruksikan klien untuk menggunakan metode relaksasi, misalnya: napas dalam, visualisasi distraksi, dan jelaskan prosedur.
R: Dapat membantu dalam menurunkan tingkat ansietas dan karenanya mereduksi ketidaknyamanan.
d)     Memberikan penjelasan mengenai kondisi pasien saat ini.
R: Pasien mengerti tentang keadaan dirinya dan lebih kooperatif terhadap tindakan.
e)      Berikan narkotik atau sedative berikut obat-obat praoperatif bila prosedur pembedahan diindikasikan.
R: Meningkatkan kenyamanan, menurunkan komplikasi pembedahan.
f)   Berikan kompres hangat.
R: Kompres hangan akan membuat pembuluh darah yang mengalami vasokonstriksi akan menjadi vasodilatasi.
g)   Berikan posisi yang nyaman dan aman bagi klien.
R: Posisi yang nyaman dan aman akan membantu mengurangi rasa nyeri yang dirasakan
h)   Kolaborasikan dalam pemberian obat analgetik.
R: Pemberian obat analgetik akan membantu mengurangi rasa nyeri yang dirasakan dan akan membantu proses penyembuhan

d.      Diagnosa 4: Ansietas yang berhubungan dengan kurang pemahaman terhadap penyakitnya.
1)      Rencana tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ansietas pasien dapat teratasi.
2)      Kriteria hasil
Ibu berpartisipasi dalam proses belajar, mengungkapkan dalam istilah sederhana, mengenai patofisiologi dan implikasi klinis.
3)      Rencana tindakan
a)      Kaji tingkat kecemasan.
R: Mengkaji tingkat kecemasan pada pasien akan menjadi pengkajian awal untuk memberikan asuhan keperawatan nantinya.
b)      Berikan kesempatan bagi ibu untuk mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan kesalah konsep.
R: Memberikan klasifikasi dari konsep yang salah, identifikasi masalah-masalah dan kesempatan untuk memulai mengembangkan ketrampilan penyesuaian (koping).
c)      Diskusikan kemungkinan implikasi jangka ependek pada ibu/ janin dari keadaan pendarahan.
R: Memberikan informasi tentang kemungkinan komplikasi dan meningkatkan harapan realita dan kerja sama dengan aturan tindakan.
d)     Tinjau ulang implikasi jangka panjang terhadap situasi yang memerlukan evaluasi dan tindakan tambahan.
R: Ibu dengan kehamilan ektropik dapat memahami kesulitan mempertahankan setelah pengangkatan tuba/ ovarium yang sakit.

e)   Anjurkan adanya dorongan dari orang terdekat.
R: Dorongan dari orang terdekat akan membantu mengurangi kecemasan pada pasien.
f)   Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi
R: Teknik relaksasi dan distraksi akan memabntu mengalihkan pikiran pasien dan membantu pasien agar lebih tenang dan relax.

2.2.3.   Pelaksanaan
Menurut Nursalam (2011), Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi disusun dan ditujukan pada nursing order untuk membantuk lien mencapai tujuan yang diharapkan.

2.2.4.   Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan, rencana intervensi, dan implementasinya (Nursalam, 2011),maka hasil yng diharapkan sesuai dengan rencana tujuan yaitu :
1.      Diagnose 1: Devisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada lokasi implantasi sebagai efek tindakan pembedahan.
Evaluasi    : 
              Ibu menunjukan kestabilan/ perbaikan keseimbangn cairan yang dibuktikan oleh tanda-tanda vital yang stabil, pengisian kapiler cepat, serta frekuensi berat jenis urine adekuat.
2.      Diagnose 2: : Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
Evaluasi    :
Tidak timbul tanda-tanda infeksi seperti, kalor, rubor, dolor dan fungsiolasia.

3.      Diagnosa 3: Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan terjadinya rupture pada tuba.
Evaluasi    :  
Ibu dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi, tanda-tanda vital dalam batas normal, dan ibu tidak meringis atau menunjukan raut muka yang kesakitan.

4.      Diagnosa 4: Ansietas yang berhubungan dengan kurang pemahaman terhadap penyakitnya.
Evaluasi   :
Ibu berpartisipasi dalam proses belajar, mengungkapkan dalam istilah sederhana, mengenai patofisiologi dan implikasi klinis.
















BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana ovum yang telah dibuahi sperma mengalami implantasi dan tumbuh di tempat yang tidak semestinya dan bukan di dalam endometrium kavum uteri.Tuba adalah tempat yang sering terjadi pada kehamilan ektopik.
Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar penyebabnya tidak diketahui.Faktor pada lumen tuba, pada dinding tuba, dan pada luar dinding tuba merupakan faktor yang memegang peranan penyebab kehamilan ektopik.
Kemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan ektopik adalah hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi, abortus ke dalam lumen tuba, dan ruptur dinding tuba.
Beberapa jenis pemeriksaan untuk membantu menegakkan diagnosis kehamilan ektopik diantaranya: pemeriksaan umum, pemeriksaan ginekologi, pemeriksaan laboratorium, dilatasi dan kerokan, kuldosentesis, ultrasonografi, laparoskopi, foto rontgen, dan histerosalpingografi.

3.2. SARAN
Sebaiknya wanita yang sedang hamil rutin melakukan pemeriksaan kehamilannya, untuk mengetahui keadaan kesehatan ibu dan janinnya.Dengan dilakukannya pemeriksaan kehamilan secara rutin, dapat mencegah risiko terjadinya kehamilan ektopik.


 

Blogger news

Blogroll

About